Serayupos.com – Dua anak dari Kabupaten Banjarnegara yaitu Fatiha Salma Haniyya dan Udi Ananda Pratama terpilih mengikuti kegiatan Kids Take Over 2025 yang berlangsung pada 21 sampai 23 November 2025 di Kawasan Ekonomi Khusus Industropolis Batang. Kegiatan ini digelar oleh Unicef bekerja sama dengan Pemprov Jawa Tengah, Pemkab Batang, Forum Anak Jawa Tengah, dan sejumlah mitra dengan tujuan memberikan ruang bagi anak untuk menyuarakan isu hak anak serta masa depan industri yang ramah lingkungan. Ratusan peserta dari berbagai wilayah Jawa dan Bali hadir mengikuti rangkaian agenda edukatif, diskusi terbuka, dan presentasi gagasan.

Fatiha Salma Haniyya, pelajar dari SMPIT Permata Hati, menjadi salah satu dari dua perwakilan Banjarnegara yang lolos seleksi melalui esai dan video gagasan mengenai pandangan anak terhadap dunia industri. Ia menyampaikan bahwa isu utama yang ia angkat adalah pentingnya pemenuhan hak anak untuk mendapatkan ASI eksklusif serta perlunya kebijakan cuti melahirkan yang lebih manusiawi bagi para ibu pekerja. Menurut Fatiha, masa emas pertumbuhan anak harus didukung penuh oleh industri dengan menyediakan fasilitas seperti daycare serta jam kerja fleksibel bagi ibu pekerja agar kualitas pengasuhan dapat terjamin.

Udi Ananda Pratama, siswa SMKN 1 Bawang, membawa gagasan tentang masa depan industri yang lebih manusiawi dan berpihak pada hak anak. Ia menekankan bahwa industri seharusnya tidak hanya menghasilkan produk, tetapi juga menjunjung nilai kemanusiaan melalui lingkungan kerja yang adil dan kesempatan belajar yang layak. Udi berharap dunia industri semakin memberi ruang bagi anak untuk berkembang melalui kebijakan yang melindungi hak mereka. Keduanya mengaku bangga dapat terlibat dalam ajang Kids Take Over karena mendapat kesempatan bertemu peserta dari berbagai daerah dan berdiskusi mengenai isu masa depan.

Kegiatan Kids Take Over 2025 sendiri merupakan bagian dari rangkaian peringatan World Children Day yang diprakarsai Unicef. Program ini bertujuan mendorong anak untuk berpartisipasi aktif dalam menyampaikan perspektif mereka mengenai isu sosial, pendidikan, hingga industri. Di KEK Industropolis Batang, peserta mengunjungi sejumlah instalasi termasuk Instalasi Pengolahan Air Limbah untuk memahami penerapan konsep ramah lingkungan dalam dunia industri. Fatiha yang ditempatkan di bidang tersebut mengatakan topik yang ia pelajari sesuai dengan video yang ia buat tentang persoalan sampah, meski ia merasa belum sempat mengeksplorasi fasilitas daycare untuk melihat langsung pola pengasuhan ideal di area industri.

Melalui rangkaian kegiatan selama tiga hari, para peserta diajak melihat bagaimana industri dapat mengadopsi kebijakan ramah anak dan menerapkan prinsip keberlanjutan. Diskusi yang digelar juga mengupas tantangan yang masih dihadapi dunia industri, seperti kurangnya fasilitas pendukung pengasuhan anak dan minimnya ruang partisipasi bagi anak dalam proses perencanaan pembangunan. Fatiha menilai sesi diskusi masih terasa singkat sehingga beberapa gagasannya belum sepenuhnya tersampaikan. Namun, ia tetap merasa bersyukur karena mendapatkan pengalaman baru dan jaringan pertemanan yang luas.

Selain itu, Udi menyoroti perlunya transformasi industri menuju sistem yang lebih cerdas dengan menempatkan hak anak sebagai prioritas. Ia berharap kegiatan ini mampu mendorong perusahaan, pemerintah daerah, dan lembaga terkait untuk lebih peduli terhadap perlindungan anak di lingkungan kerja. Apalagi, industri menjadi salah satu sektor yang memiliki dampak besar terhadap kualitas hidup masyarakat sehingga memiliki tanggung jawab moral untuk menciptakan sistem yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Hak Anak Dinsos PPPA Banjarnegara, Sri Wahyuni, menyampaikan apresiasi terhadap keterlibatan dua anak Banjarnegara tersebut. Ia berharap pengalaman mengikuti Kids Take Over 2025 dapat memperkuat kepercayaan diri peserta sekaligus membuka wawasan baru mengenai peran anak dalam pembangunan. Menurutnya, kegiatan yang dilaksanakan Unicef tersebut sangat inspiratif karena mendorong anak untuk berani menyampaikan pandangan mereka mengenai isu penting yang selama ini jarang dibicarakan di ruang publik.

Sri Wahyuni juga mengharapkan agar pengalaman ini menjadi motivasi bagi lebih banyak anak Banjarnegara untuk aktif dalam kegiatan serupa di masa mendatang. Menurutnya, partisipasi anak dalam agenda nasional maupun internasional tidak hanya memperkaya pengalaman pribadi, tetapi juga memberi dampak positif bagi daerah. Ia menegaskan bahwa pemerintah daerah berkomitmen untuk terus mendukung kegiatan yang melibatkan anak sebagai subjek utama dalam proses pembangunan.

Dengan keterlibatan Fatiha dan Udi dalam Kids Take Over 2025, Banjarnegara menegaskan keberadaannya sebagai daerah yang memiliki potensi besar dalam melahirkan generasi muda yang kritis dan peduli terhadap masa depan industri serta perlindungan hak anak. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi batu loncatan bagi anak-anak lain untuk terus berprestasi dan mengambil peran aktif dalam isu-isu strategis di tingkat regional maupun nasional.