Mahasiswa UNSIQ Wonosobo Diajak Cerdas dan Kritis di Media Sosial
Mahasiswa UNSIQ Wonosobo didorong memahami literasi digital dan etika bermedia sosial di tengah pesatnya perkembangan kecerdasan artifisial.
Serayupos.com – Seminar Nasional Literasi Digital digelar di Universitas Sains Al-Qur’an (UNSIQ) Wonosobo pada Kamis, 20 November 2025, menghadirkan tokoh komunikasi digital dari Dinas Komunikasi dan Informatika Wonosobo, Uzone.id, dan Telkomsel untuk membahas bagaimana mahasiswa dapat menghadapi tantangan literasi digital di tengah perkembangan kecerdasan artifisial yang makin cepat. Kegiatan ini bertujuan memberikan pemahaman komprehensif mengenai apa yang harus dipahami mahasiswa, bagaimana risiko digital muncul, siapa saja yang berperan dalam edukasi publik, serta bagaimana cara menghadapinya secara bertanggung jawab.
Pada sesi pembukaan, Bupati Wonosobo Afif Nurhidayat mengapresiasi penyelenggaraan seminar yang dinilai relevan dengan kondisi masyarakat yang kini hidup berdampingan dengan kecerdasan artifisial. Ia menilai perkembangan teknologi ini bukan hanya membawa peluang baru, tetapi juga risiko yang membutuhkan kewaspadaan bersama.
Afif menjelaskan bahwa masyarakat kini berhadapan dengan tantangan kompleks, mulai dari hoaks yang menyebar lebih cepat daripada klarifikasi, penipuan digital berbasis AI, hingga fenomena deepfake yang dapat memanipulasi persepsi publik. Ia menekankan pentingnya membangun kesadaran mengenai privasi, keamanan data, serta jejak digital sebagai bagian dari literasi digital modern.
Dalam kesempatan yang sama, Afif mengingatkan bahwa mahasiswa merupakan kelompok yang paling terhubung dengan teknologi, sehingga memiliki peluang besar memberi dampak positif sekaligus risiko terdampak ancaman digital. Karena itu, ia berharap mahasiswa UNSIQ bisa berada di garis depan untuk melawan penyebaran informasi menyesatkan dan penyalahgunaan teknologi.
Perspektif UNSIQ dan Diskominfo
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Wonosobo, Khristiana Dhewi, menegaskan bahwa manusia unggul bukanlah mereka yang paling sering memakai teknologi, melainkan mereka yang mampu memanfaatkannya secara kritis, etis, dan bertanggung jawab. Menurutnya, generasi muda harus memahami bahwa literasi digital bukan sekadar penggunaan aplikasi, tetapi kemampuan mengelola informasi secara bijak.
Pernyataan ini sejalan dengan visi Fakultas Komunikasi dan Sosial Politik UNSIQ. Wakil Dekan Irwan Abdu Nugraha mengatakan bahwa kampus mendukung penuh kegiatan tersebut karena sesuai dengan upaya UNSIQ menyiapkan mahasiswa yang kritis, adaptif, dan mampu berperan sebagai agen literasi digital di masyarakat. Irwan berharap mahasiswa UNSIQ dapat menjadi pelopor edukasi digital di Wonosobo maupun secara nasional.
“Saya berharap mahasiswa UNSIQ dapat menjadi agen perubahan yang kritis dalam menyebarkan literasi digital,” ujar Irwan.
Personal Branding dan Tantangan Informasi
Dalam sesi berikutnya, Wildan A. Nugraha, Supervisor Corporate Communications Telkomsel Regional Jawa Tengah dan DIY, mengajak mahasiswa melihat peluang positif dari dunia digital melalui penguatan personal branding. Ia menjelaskan bahwa personal branding merupakan kombinasi unik antara keterampilan, pengalaman, dan karakter yang seseorang tampilkan kepada publik.
Wildan memaparkan bahwa penetrasi seluler di Indonesia mencapai tingkat sangat tinggi, bahkan jumlah koneksi seluler melebihi populasi. Dengan fakta bahwa masyarakat menghabiskan sepertiga waktunya di internet, menurut Wildan, konsistensi menjadi faktor penting dalam membangun citra diri yang kuat.
“Pastikan personal branding Anda di dunia nyata dan media sosial itu selaras,” kata Wildan kepada peserta seminar.
Sementara itu, Susetyo Prihadi, Vice Editor in Chief Uzone.id, membahas perubahan drastis pola konsumsi informasi masyarakat. Berdasarkan data yang ia paparkan, saat ini sekitar 68 persen masyarakat mengakses berita melalui media sosial. Fenomena ini semakin kuat di kalangan Generasi Z, di mana 74 persen menggunakan TikTok sebagai mesin pencarian informasi.
Susetyo mengingatkan bahwa hilangnya peran redaksi sebagai penyaring informasi menyebabkan media sosial menjadi ruang dengan tingkat hoaks tertinggi. Ia menekankan bahwa setiap orang kini bisa mempublikasikan informasi tanpa proses verifikasi, sehingga mahasiswa perlu memahami risiko banjir informasi palsu tersebut.
Pentingnya Etika dan Verifikasi
Para narasumber sepakat bahwa literasi digital bukan hanya kemampuan teknis, tetapi juga pemahaman etika, verifikasi, dan tanggung jawab sosial. Susetyo menambahkan bahwa meskipun teknologi kecerdasan artifisial terus berkembang, nilai dasar dalam mencari kebenaran tidak boleh bergeser.
Menurut para pembicara, mahasiswa perlu dibekali kemampuan untuk:
-
Memverifikasi sumber informasi
-
Memahami cara kerja algoritma media sosial
-
Mengenali manipulasi digital seperti deepfake
-
Menjaga privasi dan keamanan data pribadi
-
Menggunakan teknologi dengan etika publik
Harapan dan Tindak Lanjut
Melalui seminar ini, UNSIQ berharap mahasiswa mampu mengaplikasikan ilmu literasi digital dalam aktivitas akademik, bermedia sosial, dan kehidupan sehari-hari. Irwan Abdu Nugraha menyampaikan bahwa fakultas akan mendorong lebih banyak kegiatan serupa agar mahasiswa terbiasa berpikir kritis dalam menghadapi banjir informasi.
Diskominfo Wonosobo juga berkomitmen memperluas program edukasi publik mengenai literasi digital sebagai upaya mencegah penyebaran hoaks dan meningkatkan kesadaran keamanan data masyarakat.
Dalam penutup seminar, para pembicara menegaskan bahwa kolaborasi antara pemerintah daerah, kampus, pelaku industri, dan media sangat penting untuk membangun ekosistem digital yang sehat. Mereka berharap kegiatan seperti ini dapat terus diperluas sehingga generasi muda Indonesia lebih siap menghadapi tantangan era kecerdasan artifisial.
0 Komentar