Serayupos.com – Waduk Mrica di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, yang dibangun sejak 1982 dan mulai beroperasi pada 1989, kini memasuki fase kritis setelah kapasitas tampungnya menyusut menjadi sekitar 10 persen. Waduk yang dirancang sebagai pembangkit listrik tenaga air berkapasitas 184,5 megawatt dan pengairan ribuan hektare lahan pertanian ini mengalami penurunan fungsi karena sedimentasi berat yang datang dari daerah hulu. Kondisi tersebut menimbulkan kekhawatiran serius mengenai keberlanjutan pasokan listrik dan irigasi yang selama ini bergantung pada waduk tersebut.

Data resmi pengelola menunjukkan bahwa pada awal masa operasional, laju sedimentasi di Waduk Mrica berada pada kisaran 2,4 juta meter kubik per tahun. Namun sejak 2016 hingga 2021, angkanya meningkat drastis hingga mencapai 6,6 juta meter kubik per tahun. Lonjakan ini dipicu oleh abrasi dan erosi di Daerah Aliran Sungai Serayu, terutama di kawasan hulu seperti Dieng dan Banjarnegara, di mana banyak lahan pertanian diolah tanpa sistem konservasi tanah yang memadai. Dengan tampungan yang semakin menipis, risiko terganggunya operasional PLTA dan penurunan distribusi air untuk irigasi semakin tidak terhindarkan.

Kritik terhadap lambatnya penanganan pemerintah pun menguat. Sejumlah langkah, seperti penanaman ribuan bibit pohon yang dilakukan pemerintah provinsi pada Oktober 2025, dinilai hanya bersifat reaktif dan belum menyentuh akar persoalan. Meskipun waduk ini masih mengairi sekitar 5.001 hektare lahan pertanian melalui jaringan irigasi sepanjang 33,82 kilometer, kemampuan distribusi air terlihat mulai melemah seiring dengan terus menurunnya kapasitas waduk.