Tradisi Unik Gua Sri Bolong Cilacap dan Misteri Tumpukan Pakaian Dalam
Gua Sri Bolong di Gunung Selok, Cilacap, dikenal karena ritual pembersihan diri yang mengharuskan peziarah membuang pakaian dalam setelah mandi di Sendang Pengasihan.
Serayupos.com – Tumpukan celana dalam dan BH yang ditemukan di dalam Gua Sri Bolong, kawasan Gunung Selok, Kabupaten Cilacap, kembali menarik perhatian wisatawan dan peziarah. Fenomena ini menimbulkan rasa ingin tahu tentang siapa yang meletakkannya, sejak kapan tradisi itu berlangsung, dan mengapa barang pribadi tersebut menjadi bagian dari ritual yang dilakukan masyarakat di tempat itu. Keberadaan pakaian dalam itu berkaitan dengan ritual pembersihan diri yang telah dijalankan turun-temurun oleh peziarah dari berbagai daerah.
Juru kunci Gua Sri Bolong, Suratman atau Mbah Surat, menjelaskan bahwa pakaian dalam yang berserakan di area gua merupakan bagian dari prosesi wajib di Sendang Pengasihan, sebuah mata air alami di dalam kompleks gua tersebut. Ia menuturkan bahwa setiap peziarah yang datang untuk menjalankan hajat tertentu harus mandi di sendang, kemudian melempar celana dalam ke arah barat sebagai simbol membuang sial agar harapan mereka dapat terkabul. Menurutnya, celana dalam yang sudah dipakai dianggap menyimpan energi yang tidak baik sehingga harus ditinggalkan sebelum kembali ke luar gua.
Sendang Pengasihan sendiri merupakan mata air yang dipercaya tidak pernah kering meski musim kemarau panjang. Airnya keluar dari celah bebatuan dan dianggap memiliki kekuatan pembersihan diri, baik secara spiritual maupun batin. Para peziarah biasanya datang dengan membawa pakaian ganti karena prosesi mandi di sendang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari ritual tersebut. Mbah Surat menegaskan bahwa siapa pun dapat datang ke lokasi itu tanpa dibatasi agama, keyakinan, atau latar belakang tertentu.
Selain menjadi tempat ritual, Gua Sri Bolong juga dipercaya memiliki hubungan dengan energi leluhur yang selama ini diyakini oleh masyarakat setempat. Beberapa nama yang dirasakan kehadirannya secara spiritual antara lain Nawangasih, Nawangwulan, Kencanawati, Dewi Lanjar, Eyang Samudera, hingga sosok Kanjeng Ibu Ratu Kidul. Kehadiran mereka diyakini menjaga kesucian tempat tersebut serta menjadi penuntun bagi peziarah yang datang dengan niat baik.
Dalam pengalaman selama lima belas tahun menjaga gua, Mbah Surat mengaku sering mengalami kejadian yang menurutnya sulit dijelaskan secara logis. Ia mengaku kerap mendengar suara langkah kuda bergema di dalam lorong gua, padahal tidak ada satu pun hewan masuk ke area tersebut. Selain itu, suara perempuan yang terdengar samar serta cahaya hijau yang muncul dari arah sendang menjadi fenomena yang sudah beberapa kali ia saksikan. Menurut kepercayaan masyarakat, cahaya hijau tersebut menandakan keberadaan energi penjaga gua yang tidak terlihat oleh mata manusia biasa.
Pengunjung yang datang ke Gua Sri Bolong membawa beragam hajat. Ada yang memohon keselamatan, kesehatan keluarga, kelancaran rezeki, hingga jodoh. Beberapa pengunjung juga menjalani ritual buka aura atau permohonan khusus lainnya. Mereka berasal dari latar belakang yang sangat beragam, mulai dari pedagang, pekerja hiburan malam, pemandu karaoke, hingga anak muda dari wilayah Bogor, Bandung, dan kota-kota lain di Pulau Jawa. Menurut Mbah Surat, permintaan paling umum adalah permohonan awet muda dan kemanisan wajah, yang menurut tradisi harus melalui prosesi mandi dan membuang pakaian dalam sebagai syarat.
Meski begitu, tidak semua pengunjung datang dengan niat yang sederhana. Beberapa tamu membawa hewan seperti gagak atau ayam cemani, yang menurut kepercayaan lokal merupakan tanda permohonan berat. Mereka biasanya meminta kekayaan dalam jumlah besar atau hajat besar lainnya. Namun Mbah Surat menegaskan bahwa keberkahan rezeki tetap harus dicari melalui usaha pribadi di luar ritual, bukan berharap sesuatu yang instan muncul tanpa kerja keras.
Ia juga mengingatkan bahwa pengunjung yang datang dengan niat tidak jujur atau permintaan yang tidak realistis sering kali mengalami gangguan spiritual. Menurutnya, mereka yang berubah-ubah niat antara rumah dan lokasi gua kerap mengalami kesurupan sebagai bentuk ketidaksesuaian niat yang dibawa. Hal ini menjadi pengingat agar setiap peziarah datang dengan keinginan yang jelas dan tidak berniat menipu diri sendiri ataupun energi penjaga gua.
Selain Gua Sri Bolong, kawasan Gunung Selok juga memiliki sejumlah lokasi ritual lain seperti Gua Nagaraja, Gua Sapu Angin, Gua Kelir, serta area Jambe Lima dan Jambe Tujuh yang memiliki bentuk menyerupai candi. Setiap tempat memiliki fungsi dan sejarah yang berbeda dalam tradisi spiritual masyarakat Cilacap. Wisatawan yang datang ke Gunung Selok biasanya mengunjungi beberapa titik sekaligus untuk melengkapi rangkaian perjalanan spiritual mereka.
Keberadaan tradisi unik di Gua Sri Bolong menjadi daya tarik tersendiri yang memadukan unsur budaya, spiritualitas, dan mistisisme lokal. Bagi sebagian orang, ritual tersebut merupakan simbol pembersihan diri dan harapan baru. Bagi wisatawan, tradisi ini menjadi pengalaman yang tidak ditemukan di tempat lain. Hingga kini, Gua Sri Bolong tetap menjadi salah satu destinasi spiritual populer di Cilacap dan terus dikunjungi oleh peziarah dari berbagai daerah.
Widget Terkait
Widget Inline Video
Polisi Tangkap Pembunuh Istri Pegawai Pajak di Manokwari, Pelaku Seorang Buruh Bangunan
0 Komentar